MEMILIH PUCUK TEH HIJAU
"..meting.. ", begitu ucap Ibu, artinya memilah
pucuk teh hijau yang baik dan yang tak terlalu baik untuk diolah..
dahulu, ketika masih gadis dan masih dikejar-kejar banyak
lelaki kampung, Ibu pernah menjadi pemetik teh hijau di kebunkebun teh yang
terhampar luas di kampung, cukup lama, kalau mendengar cerita-cerita dari Ibu,
saya seringkali tak bisa menahan air mata menetes, ya begitulah perjuangan masa
dahulu.
pun Ema, selain memang memiliki kebun teh kepunyaan Abah
(bapaknya Ema), Ema juga seorang pemetik teh.
Sampai sekarang masih ada beberapa orang yang masih bekerja
sebagai pemetik teh, pucuk daun teh hijau, dulu memang daerah Cikajang cukup
ramai dalam pengolahan teh, sebut saja Pabrik teh di Giriawas, PTPN, sebagian
hasilnya diolah menjadi teh celup Walini, Sari Wangi, pun ada yang diolah untuk
dijual di warung-warung kecil atau pasar tradisional.
Setelah dipetik, daundaun teh dipilah untuk produksi
selanjutnya. Dipilah pucuk pilihan, sebab daun yang keras ketika disangray
mudah gosong dan merusak citarasa dari teh itu sendiri.
dan ternyata, memilah teh, tak semudah yang dibayangkan,
mesti telaten, memilih daun yang muda dan penuh gairah, "dua katilu
nyungcung" .
di kampung sudah sangat jarang yang mengolah teh sendiri,
selain memang pohonpohon teh yang sudah banyak dibongkar, juga sebab mungkin
lebih praktis beli, dan seduh.
"..nggeus jarang ayeuna mah nu daek ngolah, d babari
atuh, tinggal ngincid ka warung, meuli kari ninyuh", ucap Ema
Ngabuburit, 25042020 #tehsangray #episodekampunghalaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar